Tarif Listrik PLN Batam Naik : Gubernur Ansar Blak -Blakan Soal Biaya LNG dan Ancaman Kalah Saing dari Johor
Batam-(RempangPost.Com)-Kenaikan tarif listrik PLN Batam yang belakangan ini dikeluhkan masyarakat ternyata tak lepas dari persoalan serius di balik layar. Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad akhirnya angkat suara, menyebut mahalnya harga gas alam cair (LNG) sebagai biang kerok utama lonjakan tarif.
“Kenaikan listrik itu mungkin sesuatu yang tidak bisa dihindari,” ujar Ansar saat dimintai keterangan, Selasa, 9 Juli 2025.
Menurutnya, selama ini pembangkit listrik di Batam sangat bergantung pada pasokan gas pipa dari Grissik, Sumatera Selatan. Namun akibat turunnya produksi, pasokan gas harus digantikan oleh LNG yang dikirim dari Lampung. Konsekuensinya, biaya operasional melonjak tajam.
“Sekarang proporsinya berubah, 70 persen pakai LNG, 30 persen gas pipa. Padahal harga LNG jauh lebih mahal,” kata Ansar.
Tak tanggung-tanggung, Gubernur Kepri mengungkap selisih harga gas yang mencolok: dari 7 dolar AS per MMBTU menjadi 13-15 dolar AS. Ia pun menyoroti pentingnya kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) untuk gas Natuna yang selama ini justru diekspor ke Singapura.
“Kalau kita tidak bisa pakai gas dari wilayah kita sendiri dan harga listrik makin mahal, kita bisa kalah saing dengan Johor. Apalagi ke depan, kebutuhan listrik bisa naik 2 sampai 4 gawatt karena banyak data center masuk,” jelasnya.
Saran Gubernur Ansar ke PLN Batam
Ansar juga mengungkap, belum ada koordinasi resmi dari Pemerintah Kota Batam terkait kenaikan tarif listrik ini. Ia menyarankan PLN Batam membuka ruang dialog bersama Pemkot dan BP Batam.
“Kan itu entitas bisnis ya, mestinya mereka bisa duduk bareng dengan Pemko dan BP Batam cari solusi,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi Kepri, lanjut Ansar, saat ini tengah mendorong proyek metering gas di Pulau Pemping agar bisa terhubung ke Belakang Padang sebagai alternatif pasokan energi jangka panjang.
Kenaikan listrik ini bukan hanya soal tagihan bulanan masyarakat, tetapi juga menyangkut daya saing industri dan masa depan ekonomi Batam di tengah ketatnya persaingan regional.(Pret)
Redaksi